Quantcast
Channel: RIAU DAILY PHOTO
Viewing all 270 articles
Browse latest View live

Bakoba Tradisi Lisan Rokan Hulu Yang Terancam Punah

$
0
0
Koba merupakan salah satu tradisi lisan masyarakat Melayu yang tinggal di daerah pesisir Sungai Rokan (sekarang menjadi Rokan Hulu dan Rokan Hilir) serta di daerah Mandau (sekarang masuk daerah Bengkalis). Koba disampaikan dengan gaya bernyanyi, baik oleh laki-laki maupun perempuan. Orang yang menyanyikan koba disebut tukang koba. Koba di daerah Sungai Rokan menggunakan bahasa logat Rokan, sementara yang di daerah Mandau menggunakan logat sakai. Pertunjukan koba biasanya dilakukan di acara-acara perhelatan kampung seperti pernikahan, khitan dan sebagainya. Penyampaian koba oleh tukang koba dapat menggunakan music maupun tidak. Bagi yang menggunakan musik, alat musik yang digunakan biasanya menggunakan babano atau rebana dan gendang.

Koba dalam  Bahasa Rokan berarti Kabar sedangkan Bakoba berarti Memberikan Kabar, Koba ataupun Bakoba   berisi  nasihat kehidupan, cerita alam, hewan, makhluk halus, manusia, dewa, kayangan, kecantikan, ketampanan, kegagahan dan kadang diselingi dengan kisah-kisah lucu dan mengandung unsur edukasi dan nilai sejarah dan juga keagamaan.

Di Rokan Hulu, di Pasir Pengaraian , Kecamatan Tambusai, Rambah serta daerah lainnya KOBA ataupun BAKOBA dijadikan sebuah tontonan ataupun pertunjukan dalan sebuah acara Pernikahan, Koba dibacakan di malam hari baghda Isya dan pembacaanya dilakukan selama beberapa malam dengan cerita bersambung, dan ritual tersebut diawali dengan mensucikan diri atau mengambil wudhu oleh Tukang Koba kemudian tukang koba akan makan sirih lalu ia membacakan pantun singkat tentang proses perjalanannya hingga sampai ke tempat berkoba, dengan menyampaikan ungkapan terimakasih kepada Tuan Rumah yang memiliki hajat.

Beberapa waktu lalu kami (riaudailyphoto) berbincang dengan Pak Taslim yang didaulat menjadi Maestro Koba oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menurut Penuturan Pak Taslim yang bergelar Datuk Mogek Intan, Koba merupakan salah satu sastra Lisan yang ada di Rokan Hulu yang terancam punah, di usianya yang senja Pak Taslim cukup risau karena hingga saat ini belum banyak penerusnya yang mampu menjadi Peng-Koba. 


Cerita-cerita yang disajikan tukang koba, umumnya adalah pengembaraan tokoh atau pahlawan-pahlawan rekaan lokal, dengan bentang-ruang horisontal yang terbatas pada selat-selat, teluk, tanjung, sungai-sungai, dan daratan pesisir. Sedangkan bentang-ruang vertikalnya mencakup bumi hingga kayangan. Sebagian kecil dari korpus cerita koba dianggap sakral, karena menceritakan tokoh yang dikeramatkan oleh tukang koba. Untuk cerita yang demikian, penceritaannya tidak memerlukan perlakuan khusus. Namun saat menamatkannya, tukang koba melakukan ritual tertentu, dengan berdoa dan menyembelih ayam atau kambing pada petang sebelum cerita itu ditamatkan. Orang yang punya hajat juga harus menyediakan seperangkat persembahan kepada tukang koba, yang terdiri dari pisau belati, sekabung kain putih, dan limau purut.

Koba-koba yang terkenal misalnya Koba Panglimo Awang, Koba Gadih Mudo Cik Nginam, Koba Panglimo Dalong, dan Koba Dang Tuanku.


Sumber :
  • Wawancara Langsung Dengan Pak Taslim
  •  Menonton Langsung Pertunjukan Koba di Lancang Kuning Art Festival dan di Acara Pernikahan di Tambusai 
  • https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/koba/



    Penasaran apa itu Koba, bisa menyaksikan di video berikut : 

Makam Kahar Raja Tambusai

$
0
0
Kerajaan Tambusai merupakan salah satu kerajaan Melayu di wilayah Rokan Hulu. Raja-raja Kerajaan Tambusai ini masih memiliki tali persaudaraan dengan Raja-raja dari Kerajaan Rambah, dimana KerajaanTambusai merupakan cikal bakal Kerajaan Rambah.

Secara umum lokasi ini merupakan kompleks pemakaman dari Raja-raja Tambusai. Dari sekian banyaknya makam yang ada di kompleks pemakaman ini, ketokohan yang bisa diketahui oleh masyarakat hanya makam Tengku Kahar gelar T. H.Mohamad Sutan Ningat T. Acman. Oleh karena penamaan kompleks makam ini dinamai Makam Kahar/Raja Tambusai.

Makam ini berada dalam lahan yang merupakan kompleks pemakaman umum. Pemakaman ini hingga sekarang masih difungsikan sebagai pemakaman umum untuk masyarakat sekitar benteng tujuh lapis dan dalu dalu.

Makam ini berbentuk gundukan tanah setinggi kurang lebih 1,5 m. Di gundukan tersebut terdapat 2 makam yaitu makam Raja Kahar dan makam yang belum dapat diketahui dengan pasti keberadaan tokoh yang dimakamkan.

                           
 
Makam sudah dapat dikatakan sebagai makam Islam, terlihat dari orientasi nisan makam yang sudah menghadap kiblat. Luas gundukan tanah yangmenjadi jirat makam kurang lebih 4 m x 4 m. Sedangkan, ukuran dan makam adalah 2 m x 1,5 m. Nisan makam terbuat dari batu granit berwarna abu-abu kehitaman.
Nisan sudah mengalami pengolahan, berjenis nisan tipe Aceh berbentuk seperti “piala” yang menandakan yang dimakamkan berjenis kelamin laki-laki.

                                   

Pada nisan bagiankepala terdapat tulisan arab melayu yang bacaannyaKahar, yang berarti penanda bahwa tokoh yangmakamkan adalah bernama Kahar. Dalam data sejarahnama Kahar lebih dikenal Maruhun Qahar yangmerupakan salah satu Raja Kerajaan Tambusai yang di Dalu-Dalu pada abad ke-XVI Masehi.





Makam ini merupakan Salah Satu Cagar Budaya yang ada di Kabupaten Rokan Hulu yang telah mendapat pengakuan dari Balai Pelestarian Cagar  Budaya Sumatera Barat dengan Nomor Register : 05/BCB-TB/B/05/2007

Menumbai Tradisi Mengambil Madu Ala Pelalawan

$
0
0


Tradisi merupakan sebuah kebiasaan yang dilakukan  secara turun temurun kepada generasi ke generasi yang membuat tradisi tersebut akan selalu ada, tradisi tidak akan hilang telan bumi, tidak menjadi abu karena terbakar, tidak akan hanyut karena ombak, dan tak  lapuk karena hujan.
Salah satu tradisi yang sampai saat ini masih dipertahankan adalah Menumbai, menumbai adalah Ritual mengambil madu di sebagian besar Wilayah Riau, namun yang terkenal adalah tradisi Menumbai Madu Sialang Petalangan Pelalawan. Menumbai Madu Sialang masyarakat Melayu Petalangan merupakan  suatu ritual pengambilan madu lebah yang ada di suatu pohon besar dan biasanya pohon tersebut adalah pohon Sialang.


Menurut Budayawan Riau UU Hamidy Menumbai memiliki dua makna, yakni L  Makna pertama berasal dari kata tumbai atau umbai, yang artinya turun atau menurunkan dengan menggunakan alat maumbaian (menurunkan) berupa tali dan bakul. Kata ini menggambarkan gerak menurunkan sarang lebah dengan menggunakan timbo (timba) yang diturunkan dengan tali. Makna kedua, yaitu aktivitas mengambil madu dengan menggunakan mantra dan pantun-pantun, ada yang menyebutnya sebagai ”memikat lebah dengan nyanyian”.

Tradisi Menumbai  adalah untuk mengambil sarang lebah di pohon sialang untuk diambil madunya. Agar tidak disengat lebah, aktivitas ini dilakukan oleh seorang spesialis yang disebut juagan (juragan) atau lazim juga disebut sebagai dukun lebah. Juagan akan ”membujuk” lebah-lebah dengan menyanyikan serangkaian mantra berupa pantun. Pantun mantra tersebut menjadi lirik lagu yang dinyanyikan sepanjang prosesi. Fungsinya adalah sebagai bentuk komunikasi antara juagan dengan lebah, untuk perlindungan diri, dan memberikan gambaran situasi yang dihadapi juagan ketika berada di pohon sialang. Antara satu juagan dengan juagan lain mungkin memiliki pantun yang berbeda susunan dan pemakaian katanya, tetapi maksudnya sama. Perbedaan yang demikian ini khas dalam tradisi lisan. 

Menumbai dilakukan ketika didapati pohon sialang dengan sarang lebah liar telah sarat madu. Rangkaian prosesi berlangsung sejak petang hari, namum prosesi intinya yaitu pengambilan madunya, dilakukan pada malam hari saat bulan gelap. Menurut kepercayaan orang Petalangan, cahaya akan membuat lebah marah. Sebagai penerang hanya dipakai tunam, sejenis suluh dari sabut kelapa, yang juga berfungsi untuk mengasapi lebah.

Setelah semua persiapan selesai, juagan tuo memulai prosesi. Keseluruhan prosesi memakai mantra-mantra khusus. Mula-mula ia pergi ke banir atau pangkal pohon membawa suluh untuk mengusir binatang-binatang berbisa yang bersarang di sana. Setelah itu, juagan tuo membacakan mantra memuji dan membujuk penghuni sialang agar tidak mendatangkan bahaya kepada yang memanjatnya. Tahap ini disebut dengan manuokan sialang (menuakan sialang), menempatkan sialang sebagai yang lebih tua untuk menghormati dan memuliakannya. 

Salah satu mantra ritualnya adalah :
Mbat menghembat ake gadung
Mbat mai di ate tanggo
Kalau iya sialang ini
Lingkaran tedung dan nago
Tetaplah juo di banie kayu

Maksudnya, kalau sialang dilingkari ular tedung (ular besar) dan naga sekali pun, hendaklah mereka tetap di tempatnya, di banir kayu, selama pohon dipanjat.

Dalam proses mengambil lebah di pohon, sang pengambil madu biasa melantunkan sebuah pantun/ mantra. Prosesi inti dimulai selepas maghrib. Semua perlengkapan telah disiapkan di bawah pohon sialang. Sebelum memanjat, juagan akan menyanyikan pantun mantra pembuka:

Papat-papat tanah ibul
Mai papat di tanah tombang
Nonap-nonap Cik Dayangku tidou
Juagan mudo di pangkal sialang

Mantra ini sebuah bujukan agar lebah yang disebut sebagai Cik Dayang tetap tidur nyenyak, sementara juagan mudo berada di pangkal pohon, siap untuk memanjat. Untuk membuat lebah tak berdaya, juagan juga memasang ”pasung terbang”, melalui pantun mantra berikut:

Popat-popat tanah mayang ibual
Dipopat tanah tombang
Nonap-nonap cik Dayang tidou
Konai doa pasung terbang
Juagan kemudian mengajukan permohonan, melalui mantra:
Pinjam tukual pinjam landean
Tompat manukual kalakati
Pinjam dusun pinjam laman
Tompat main malam ini


Setelah pengambilan madu pada sarang lebah selesai baru masyarakat akan membagi hasil sama rata .


Pada Tahun 2015 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 121 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Menumbai menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201500185


Sumber :
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/menumbai-pelalawan/

Berikut Video Menumbai Pelalawan
 

Air Terjun Aek Martua

$
0
0
Air terjun menjadi salah satu alternatif mengisi liburan, tidak hanya sekedar berlibur tetapi kita juga  lebih mencintai alam dan tentunya dapat mengolah fisik untuk menjadi lebih sehat, karena cenderung untuk menuju sebuah Air Terjun akan melewati medan yang sulit dengan menguras tenaga dan waktu.

Jika air terjun berada di kawasan hutan dan pegunungan tentu nya kesegaran air dan kesejukan udara menjadi hal yang akan didapatkan di sana. Biasanya air terjun dengan akses mudah dan sudah dibangun fasilitas lengkap menjadi obyek wisata yang selalu diserbu wisatawan sedangkan Air Terjun yang berada di hutan dengan jarak tempuh berjam jam menjadi Wisata Minat Khusus.

Aek Martua
salah satu objek wisata unggulan Kabupaten Rokan Hulu, jika ke Rokan Hulu tidak lengkap jika tidak berkunjung ke Air Terjun Aek Martua. Secara administratif Air Terjun ini  berada di Desa Bangun Purba  Kecamatan Bangun Purba. Penamaan aek mertua diambil dari bahasa Batak Mandailing , dimana di sekitar kawasan air terjun ini banyak dihuni oleh masyarakat bersuku  Mandailing.

Aek mertua artinya air yang bertuah. Seperti yang diharapkan masyarakat dari air terjun indah yang memancar sebanyak tujuh tingkat tersebut, berupa kebaikan dan manfaat langsung yang dirasakan oleh warga setempat.
Bagi para pengunjung yang ingin menikmati keindahan air terjun ini dapat mencapai lokasi dengan menggunakan angkutan umum seperti L300 atau Superban tujuan Pekanbaru - Pasir Pengaraian dengan biaya Rp 65.000, untuk kenyamanan kami menyarankan menggunakan travel (Avanza, Innova) dengan biaya Rp.100.000,-. Pengunjung bisa turun di Simpang Tangun, kemudian dari Simpang Tangun perjalanan dilanjutkan menuju Lokasi Air Terjun dengan menggunakan Becak Motor ataupun Ojek dengan biaya sebesar Rp.20.000,-.
Jembatan Gantung, Akses Menuju Aek Martua
Setelah tiba di Lokasi kita akan disambut oleh Pokdarwis Gema Wisata Aek Martua dan kita dapat membeli Karcis Parkir/ Tiket Masuk Wisata dimana untuk Sepeda Motor dikenakan Parkir sebesar Rp.15.000,- dan Pengunjung dikenakan Tiket Masuk Rp.5.000,-/orang.  Sesampainya di lokasi pun, para pengunjung tidak serta merta langsung dapat menikmati keindahan air terjun ini. Karena setiba di pintu masuk obyek wisata ini pengunjung harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melewati jembatan gantung dan jalan setapak yang sudah disemenisasi sejauh kurang lebih 2,5km, kemudian perjalanan dilanjutkan melewati hutan lindung sejauh 4.5km yang cukup menguras tenaga melewati jalan tanjakan dan turunan yang curam dan sangat tidak disarankan berkunjung ke Aek martua saat musim hujan karena jalanan yang dilewati akan licin dan cukup berbahaya bagi pengunjung.
                           

Jika kita membawa Kendaraan Roda Dua ,maka perjalanan cukup membantu dan disarankan Kendaraan Roda Dua dengan Sepeda Motor Trail dengan ban yang cukup besar, setelah membeli Tiket Masuk dan Parkir kita dapat melanjutkan perjalanan dengan sepeda motor melewati Jalan Setapak yang telah disemenisasi, kemudian kita melewati Perkebunan Sawit milik warga dan juga melewati Hutan Lindung, hingga nantinya kita dapat memarkirkan Kendaraan dan selanjutnya Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki dengan jarak tempuh perjalanan lebih kurang 45menit dan jangan lupa untuk mengabadikan photo karena ada beberapa spot yang cukup menarik untuk berphoto.

Setelah Kendaraan diparkirkan kita melanjutkan perjalanan melewati Anak Tangga yang cukup banyak sehingga ada juga yang menyebut Air Terjun ini dengan sebutan Air Terjun Tangga Seribu. Setelah melewati Anak Tangga kita kembali melewati
jalan setapak menurun dengan  kondisi jalan cukup licin dan juga melewati anak sungai, perjalanan akan lebih nyaman jika mengenakan alas kaki yang tidak licin ataupun tanpa alas kaki.

Sekitar 45menit  berjalan turun, sampailah perjalanan di tepi sungai yang bersumber dari air terjun, perjalanan untuk sampai di titik air terjun harus melewati anak  sungai.  Udara yang sejuk dan juga bunyi air yang terjun dari puncak menghiasi pendengaran kami seakan sudah tidak sabar untuk sampai ke air terjun. 

Perjalanan yang melelahkan terbayar dengan sejuknya udara di Air Terjun, sejuknya udara menyegarkan tubuh dan serasa mengembalikan tenaga yang hilang akibat berjalan kaki, a
irnya begitu jernih dan mengalir deras, pemandangan hutan yang sangat menawan yang menjadikan udara disekitar air terjun tersebut sangat segar dan menyejukkan, ditambah lagi adanya perpaduan dari bebatuan cadas dengan tekstur yang unik dan alami. Air yang mengalir ke Aek Martua merupakan  aliran dari sebuah sungai yang bersumber dari Bukit Simalombu, yakni salah satu dari rangkaian Bukit Barisan yang membentang disepanjang Pulau Sumatra.  Informasi yang kami dapat dari Pokdarwis dulunya Perjalanan ke Aek Martua ditempuh dalam waktu 5jam dan saat ini jarak sudah dipangkas dengan membangun akses jalan dan dari 5jam kini Perjalanan dapat ditempuh dalam waktu 1 hingga 1,5jam. 

Berfoto di bawah cucuran air terjun menjadi aktivitas favorit yang dilakukan pengunjung. Dengan sudut yang pas, hasil foto dengan latar belakang air terjun yang deras menjadi kenang-kenangan tak terlupakan usai melewati rute cukup sulit menuju air terjun.

Musik Kelintang Kesenian Iranon

$
0
0
Kesenian Iranon dengan Iringan Musik kelintang merupakan Kesenian masa lalu yang terdapat di Desa Kuala Patah parang Kecamatan Sungai Batang Kabupaten Indragiri Hilir.

Kesenian ini dibawakan oleh Ibu-Ibu, rata-rata mereka berusia lanjut, dan Kesenian ini biasa dilantunkan pada saat acara pernikahan. Kesenian Iranun merupakan kesenian dari Melayu Timur , dan Melayu Timur merupakan Suku Bangsa di Mindanao Filipina Selatan dan kemudian berkembang ke Sabah (malaysia) dan juga Indonesia (Jambi dan Riau)


Kesenian Suku Iranon  menggunakan alat musik Agong (gong), Gandang (gendang), Kulintangan/Ghulintangan (Kelintang), Bebendir dan Debak, serama, anduk-anduk dan kudidi (kedidi).

Benteng Tujuh Lapis dan Sejarah Perjuangan Tuanku Tambusai

$
0
0

Benteng Tujuh Lapis terletak di Dalu-Dalu Lingkungan Benteng Tujuh Lapis Kelurahan Tambusai Tengah Kecamatan TambusaiKabupatenRokanHulu.Bentenginiberadadalam kawasanpemukimanpenduduk,danberadadipinggirsungaisosah.Bentengini berjarak sekitar 30Km dari Pasir Pangaraian Ibukota kabupaten Rokan Hulu dan sekitar 210kmdaripekanbaruIbukota ProvinsiRiau.


Sejarah pendirian benteng ini tidak terlepas dari Tuanku Tambusai, Tuanku Tambusai lahir pada masa zaman kekuasaan Duli yang dipertuan Besar Radja ke-14 Kerajaan Tambusai. Nama asli Tuanku Tambusai adalah Muhammad Saleh, bapaknya bersamaMaulanaKali,seorangQadhi,alimulama,danImam dalam Kerajaan Tambuaai. Masa kecil Tuanku Tambusai dihabiskan di tempat-tempat dengan nilai religius karena sering mengikuti kegiatan bapaknya yang seorang Imam Tambusai.

Tuanku Tambusai memiliki sifat yang menarik perhatian orang yaitu 
pendiam, cepat mengerti dan memiliki pendirian yangkokoh.
Tuanku Tambusai memperdalam ilmu dan pengetahuan agamanya di Minangkabau , ia berguru Kepada Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Rao) dan kemudian ia belajar Agama hingga  Mekkah. Setelah kembali ke kampung halamannya Tuanku Tambusai muda menggantikan kedudukan Ayahnya sebagaiseorangQadhi.


Meriam Peninggalan Tuanku Tambusai
                                       
Bersama Tuanku lmamBonjol dan Tuanku Rao, Tuanku Tambusaimencetuskan pemikiran pembaharuan di bidang agama Islam (pemberantasan bid'ah serta. hal-hal yang bertentangan dengan Islam). TuankuImamBonjoldanTuankuRaodidaerahBonjoldanRao,sedangkan Tuanku TambusaididaerahTambusai.Merekasecarabersama-semabergabung dalam satu wadah yang dinamakan "Kaum Paderi"yang dipimpin olehPeto  Syarif yang kemudian terkenaldengansebutanTuankuImamBonjol.Sebelum Tuanku imam Bonjol, Tuanku Rao dan Tuanku Tambusai berjuang dengan Gerakan Kaum Paderi, gerakan Paderi telah dirintis mulai Tahun 1803 oleh Haji  Miskin,  Haji  Sumanikdan Haji Piobang dan Gerakan ini   ditentang oleh kaumadat  dan  terjadilah  perperangan saudara antara keduanya dan kaum Adat dibantu oleh Belanda.  Momen ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk   ikut   campur   dalamtatanan kehidupanmasyarakat   minangkabau  hingga akhirnya terjadilah Perang antara Kaum Paderi dan Kolonial Belanda.

Salah Satu Lapis Dari Benteng Tujuh Lapis

BentengTujuhLapisDalu-Daluinididirikanpadatahun1835olehTuanku Tambusaiyangfungsinyasebagaikubuperlahanandalammelawanpenjajah Belanda.PadaawalnyabentenginidinamaiKubuAurDuri,karenaparitdan tanggul pertahanan benteng ini diperkuat dengan aur berduri.

Benteng ini
sargat kokoh dan kuat, benteng terdiri dari tanggul pertahanan yang berjumlah tujuh lapis dan tiap lapis dilapisi lagi oleh kubu kubu kecil dan ditamai  bambu berduri. Bagian belakang benteng langsung berhubungan dengan Sungai Sosah sebagai jalur pelarian untuk menyelamatkan diri,

Benteng Tujuh Lapis berulang kali diserang oleh Belanda namun selalu gagal
, Padatanggal27November 1873.KolonelMichielsdiangkatmenjadi Gubefnur Militer baru untuk menghadapi Tuanku Tambusai, karenakuatnya pertahanan Benteng Tujuh Lapis , Kolonel Micheils memintabantuan pasukan dari Batavia. Pasukan bantuan ini terdiri dan empat kompi dari pasukan Batalyon ke-6 dan di bantu pasukan pribumi yang berpihak kepada Belanda. Selain itu Micheils dibantu Mayor Bethoven yang bergerak dari Lubuk Sikaping dengan 1.500 pasukan dan juga Mayor Weslenberg  dengan 2 kompi pribumi.



Gelanggang Silat Tuanku Tambusai
Gelanggang Silat Tuanku Tambusai


Menurut Laporan Micheils kepada atasannya tertanggal 12 Februari 1839 ,bahwa Banyak Korban Jiwa dari Belanda antara lain  Mayor Bethoven tewas, dan Kolonel Micheils berhasil merebut Benteng Tujuh Lapis pada tanggal28 Desember 1838 , dan Tuanku Tambusai berhasil melarikan diri dan Hijrah ke Malaysia dan hingga di penghujung hidupnya Tuanku Tambusai wafat dan dimakamkan di Malaysia dan Dulunya sudah ada upaya dari Pemerintah Kabupaten Kampar dan Provinsi Riau untuk memindahkan Makam Tuanku Tambusai dari Malaysia ke Indonesia, namun usaha tersebut gagal, di Malaysia Tuanku Tambusai di anggap Tokoh dan juga Penyebar Agama Islam. 

Kokohnya pertahanan Benteng Tujuh Lapis ini dapat dilihat dari lamanya waktu pertempuran dalam merebut Benteng , berdasarkan Catatan Kolonel Michels ia dan pasukan bertempur selama 11 hari hingga akhirnya Benteng berhasil dikuasai. Salahsatufaktorpenyebabadanyarasacintatanahairyangtinggidikalangan parapengikutTuankuTambusaiadalahkarenafaktorwibawa,jiwakepemimpinan yang baik, tidak mau kompromi, sertakecerdasanyangdimilikioleh Tuanku Tambusai, Tuanku Tambusai dapat menyatakan pengikutnya yang berasal dari kelompok etnis yang berbeda seperti Melayu,MandailingdanMinangkabauyangmendiamitigawilayahyangberlainan (Minangkabau, Melayu dan Mandailing). 
 
Bekas Lokasi pengintaian yang dijadikan Rumah Penduduk

Karena
perjuangan dan kehebatannya, oleh pihak Belanda Tuanku Tambusai di juluki Padriesche Tiger van Rokan'atau Harimau Paderi dari RokanyangbertempurdiRiau,TapanulidanMinangkabaubagianutara.Dan berkat jasa-jasa dan kepahlawanannya dalam melawan penjajahBelanda , Pemerintah Republik Indonesia Menetapkan Tuanku Tambusai Sebagai Pahlawan Nasional melalui Ketetapan SK. No. 071/TK/Tahun 1995 arggal 7 Agustus 1995 .




Berdasarkan
data yang didapat bahwa benteng Tujuh Lapis pada Tahun 1838 berbentuk segi empat yang terdiri dari gundukan tanah (disebut Kubu) dan diantara kubu kubu dialiri air dengan dealaman 7 hingga 10 meter  dan disekeliling benteng ditanam bambu berduri  dan pintu gerbang benteng dibuat tiga lapis dari kayu dan diberi lubang untuk pengintai dan menembak musuh. Kini kawasan sekitar Benteng dijadikan penduduk sebagai tempat tinggal, dan di sekitar Benteng terdapat sebuah laman silat dan juga sebuah tanah kosong yang luas dan sering dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga, berkemah serta kegiatan sosial masyarakat lainnya.

Kini Kawasan Benteng telah direvitalisasi dengan dibangunnya penerangan disekitar Benteng, kemudian juga dibuat tanggul untuk menghindri abrasi sungai, serta di buat tempat duduk untuk bersantai warga serta wisatawan yang ingin berkunjung dan disekitar Benteng dengan jarak sekitar 2 km dibangun Diorama Perjuangan Tuanku tambusai.


 
Cara Menuju Lokasi Benteng Tujuh Lapis
Untuk mengunjungi lokasi Benteng Tujuh Lapis  yang berada di Kecamatan Tambusai Kabupaten  Rokan Hulu, sebaiknya Anda menggunakan kendaraan pribadi, baik roda empat maupun roda dua. Apabila Anda memulai perjalanan dari pusat Kota Pekanbaru, Anda harus menempuh perjalanan  lebih kurang sejauh dua ratus kilometer , dengan waktu tempuh normal 4 ,5 hingga 5 jam perjalanan. Perjalanan dilakukan menuju Tambusai Kabupaten Rokan Hulu dari Pekanbaru dapat dilakukan melalui  akses Jalan yaitu melewati Jalan Bangkinang serta melewati Jalan Petapahan (via Garuda Sakti Pekanbaru). Untuk memudahkan perjalanan, Anda bisa menggunakan google map yang lebih akurat untuk menemukan lokasi yang Anda cari.
Selain itu untuk memudahkan serta kenyamanan anda juga dapat menggunakan Jasa Travel Pekanbaru - Tambusai dengan Biaya Rp.120.000,- sekali Perjalanan, Alam Travel menjadi salah satu Referensi kami untuk Perjalanan Pekanbaru - Tambusai atau sebailknya Tambusai - Pekanbaru , keramahan Supir dan juga keamanan dalam mengemudi Kendaraan menjadi Ciri Khas dari Alam Travel. Untuk menikmati perjalanan bersama Alam Travel dapat menghubungi Nomor 08217228279.

 


Berdah Inhil

$
0
0
Kesenian berdah Inhil bukan hanya sekedar Kesenian musik melayu tetapi telah menjadi simbol yang kuat terhadap nilai-nilai Islam yang telah menyatu kedalam budaya Melayu. Berdah dimainkan pada acara pesta pernikahan, Perayaan Hari Besar Islam, Qasidah, barsanji, Tepung Tawar serta acara lainnya. 


Berdah berisikan lantunan pujian dan sanjungan untuk 
Nabi besar Muhammad SAW , berdah dimaikan dengan rebana dan pemain rebana duduk bersila. Di Indragiri Inhil berdah cukup familiar di Masyarakat Mandah, bahkan berdah dijadikan mata pelajaran ekstra kurikuler bagi siswa dengan tujuan agar kesenian tradisional islami ini tidak punah.



Berdah Inhil pada event wisata religi gema Muharram 1438 Hijriyah lalu telah dicatat sebagai Rekor MURI dengan Rekor Penabuh berdah terbanyak yaitu 1001 penabuh, tidak hanya itu Berdah Inhil pernah menjadi salah satu ritual pada saat Tepung tawar Bakal Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno.

Salah cara yang dilakukan Riau agar Berdah ini Tetap lestari adalah dengan mengusulkan Berdah Inhil sebagai Warisan Budaya Tak Benda bersama 60 Warisan Budaya lainnya, namun Berdah gagal menjadi Warisan Budaya Tak Benda, selain di Inhil Berdah juga ada di kepulauan Riau, Sumatra Utara, dan Jambi.

Penasaran dengan Berdah, berikut cuplikan Singkat Video Berdah : 

 

Syair Rantau Kopa Rokan Hulu

$
0
0
Sastra Lisan atau Syair Rantau Kopa berkembang di Wilayah Rokan Hulu dan Rokan Hilir, awalnya berkembang di rantau Kopar (Rokan Hilir). Dahulunya remaja muda dan mudi di Sepajang Sungai Rokan terutama di rantau Kopar berbalas pantun melalui rayuan kepada pemudi atau remaja putri.

Syair Rantau Kopar atau Syair Rantau Kopa atau Syair Antau Kopa demikian penyebutan yang lazim di Wilayah Rokan.

Ada juga penyebutan lain yang kami dapatkan melalui seorang khalifah Suluk bahwa  Kopa berasal dari kata Kepal dari cerita Tuk Penyarang dengan Putri Hijau hingga  sampai pada sebuah rantau yang bernama Rantau Koopar.

Irama Syair  Rantau Kopa tidak diciptakan khusus, tetapi sudah ada sejak dahulu dan dikenal dikenal secara turun temurun kini penutur Syair Rantau Kopa sangatlah langka.


Berikut Syair Rantau Kopa dalam bentuk video singkat :

Lembaga Kerapatan Adat Melayu Desa Adat Luhak Tambusai

$
0
0
Lima Luhak (wilayah atau negeri) menjadi Cikal Bakal Pemekaran Kabupaten Rokan Hulu (Rohul). Secara historis, 5 luhak, yaitu Luhak Rokan, Luhak Rambah, Luhak Kepenuhan, Luhak Tambusai, dan Luhak Kunto Darusalam memiliki peranan penting dalam pembentukan Negeri Seribu Suluk 


Luhak Tambusai
Luhak Tambusai konon disebut sebgai luhak tertua dan merupaka cikal bakal terjadinya Luhak lainnya yakni luhak kepenuhan, Rambah dan Kunto Darussalam.


Awal berdirinya kerajaan Tambusai di Karang Besar, lalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tampat yang lain, ada yang menyebutkan sampai 16 kali perpindahan, sehingga kerajaan tersebut tiada tenang dan timbul kerugian-kerugian karena perilaku berkumpul lalu bubar atau usai, begitu seterusnya akibat berpindah-pindah. Dari peristiwa berpindah-pindah lalu berkumpul, berpindah lagi, berkumpul lagi maka disebutlah kerajaan ini Tambusai yaitu dari asal kata tambun (berhimpun atau berkumpul), usai (pindah atau bersebar) menjadilah Tambun-usai, disebut juga dengan Luhak tambusai panggilan pada masyarakat adat sekarang.
Ada pula yang mengatakan Tambusai itu adalah darikata tombusan sebuah lobang tembusan antara sungai Sosah dan sungai Batang Lubuh dimana tempat ini adalah jalur penghuni sungai Rokan yaitu Sutan Ponyalinan berlalu lalang, suatu ketika terjadi kehilangan dikalangan keluarga raja, dimana seorang anak gadisnya telah hilang saat mandi di sungai sosah, sudah puas mencari akhirnya anak gadis itu ditemui disebuah lobag dengan keadaan tidak kotor dan segar bugar, ditanya ke gadis itu, darimana saja tuan putri menghilang selama tiga hari. Putri menjawab, aku bertamasya bersama seorang pemuda gagah bernama sutan Ponyalinan, ia membawaku ketempat yang indah yang tidak pernah kulihat sebelumnya. 
Apa yang diperbuat sutan Ponyalinan itu terhadap dirimu, Tanya keluarga lainnya. Tida terjadi apa-apa hanya melancong saja, dan makan bersama bersama keluarga beliau, katanya hari itu adalah hari terjadinya sungai Rokan, dan mereka mengadakan rapat paripurna dibentuknya daulat-daulat Rokan kanan dan Rokan Kiri. Dengan rasa penasaran pertanyaan terus diberikan kepada tuan putri, siapa pemimpin mereka, saya hanya berjabat tangan dan beliau menyebutkan namanya, beliau bernama Tuk Saih Panjang Jangguik.
Demikianlah perjalanan tamasya tuan putrid kesebuah tombusan sehingga dengan petunjuk dari tuan putri dibuatlah nama kerajaan Tombusai yang sekarang disebut Luhak Tambusai.
Suku-suku yang ada di Luhak Tambusai ini dahulunya adalah Melayu yang terdiiri dari Sibah Lua dan Sibah Dalam, Sibah Lua terdiri dari Suku Melayu Gelar Datuk Pusako Rangkayo Naro, Suku Ampu Gelar Datuk Sinaro Mudo, Suku Kuti Gelar Datuk Paduku Jo Sianso/ atau Datuk Paduko Laksamano/atau Datuk Paduko Jo Lelo, Suku Kanang Kopuh Gelar Datuk Kutianso, Suku Soborang Gelar Datuk Rangkayo Maharajo, Suku Pungkuik Gelar Datuk Rangkayo Morajo, Suku Mais Gelar Datuk Tomogong Kayo, Suku Bonuo Gelar Datuk Bonuo Ampu
dan Suku Moniliang Gelar Datuk Paduku Tuo.

Sedangkan Sibah Dalam terdiri dari Suku Induk Dalam Gelar Sutan Mahmud, Simajo Rokan Gelar St. Saidi/ Rajo Sibomu/ Rajao Omeh, Simajo Lelo Gelar Rajo Stimuan, Sri Marajo Gelar Sri Marajo
dan Majo Rajo Gelar Rajo Poka.

Suku Suku Melayu dari Luhak Tambusai tersebut memiliki Sebuah Gedung  Lembaga Kerapatan Adat Melayu Desa Adat Luhak Tambusai yang berada di Jalan Lintas Riau - SUmut Kelurahan Tambusai Tengah Kecamatan Tambusai
Sumber :
Dari Berbagai Sumber 
Dialog dengan  Ninik Mamak saat Pelantikan Pucuk Suku Mais di Dalu Dalu Dalu

Riau Tidak Lagi Sembunyi di Balik Kekayaan Alam

$
0
0
Siang itu bandara Sultan Syarif kasim II Pekanbaru telihat ramai, beberapa bule terlihat membawa papan selancar. Teluk Meranti sebuah desa di Kabupaten Pelalawan menjadi tujuan mereka, menciptakan rekor terlama berselancar disungai menjadi tujuan mereka. Peselancar Australia itu kelihatan cukup lelah dan kontras menarik perhatian dan sekali kali mereka melambaikan tangan kearah  orang yang melihatnya.

Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II merupakan salah satu bandara tersibuk di Pulau Sumatra, sekurangnyaada beberapa jalur penerbangan yang rutin menuju Pekanbaru Ibu Kota Provinsi Riau,yaitu melalui Jalur Batam, Jakarta, Medan, Denpasar, Yogyakarta, Bandung, Singapura dan Kuala Lumpur dan jalur penerbangan kota lainnya.

Provinsi Riau yang dikenal sebagai daerah dengan kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) nya, sudah saatnya tidak lagi terus bergantung kepada  Minyak dan Gas, Kelapa Sawit, Kayu, sudah saatnya Riau  fokus pada pengembangan objek wisata. Provinsi Riau kaya akan berbagai potensi wisata, baik itu wisata alam, wisata syariah, wisata minat khusus, wisata budaya, wisata sejarah maupun wisata lainnya, dan jika dikemas secara baik maka Riau tidak akan kalah dengan Provinsi lainnya yang dapat mengandalkan sektor wisata dan Ekonomi Kreatif sebagai sumber PAD.

Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi telah dinobatkan sebagai Kota Tujuan Investasi Terbaik bahkan BPS menetapkan Riau sebagai sebagai Provinsi dengan penduduk paling bahagia, Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi terus berbenah untuk menjadikan Kota Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE). Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi tidak menawarkan Air Terjun, Hutan, Pantai, Goa, Istana, Sejarah maupun gunung yang menawan, melainkan wisata MICE, posisi geografis yang strategis dan besarnya perputaran uang di Pekanbaru menjadi modal utama, MICE memang menjadi perlengkapan industri pariwisata yang terus menjadi kebutuhan masyarakat modern. Pekanbaru sebagai Tujuan Wisata MICE terbukti dari banyaknya acara besar hingga tingkat hunian hotel dan penginapan yang terus meningkat tiap tahunnya di Pekanbaru. Sedangkan Kabupaten dan Kota lain di Riau menyuguhkan wisata alam, wisata religi, wisata sejarah, wisata kuliner, wisata bahari, Wisata Budaya.   
 

Riau kini sedang berbenah untuk menjadi salah satu destinasi wisata dan juga salah satu upaya untuk menambah PAD karena Kekayaan Alam yang dimiliki Riau kian menyusut. Selama ini Provinsi tetangga sumatra Barat (Sumbar) menjadi Destinasi utama masyarakat Riau untuk berwisata, harus kita akui bahwa infrastruktur pendukung wisata dan juga alam yang menawan menjadi nilai plus dan unggulan Sumbar dan kita perlu banyak belajar kepada Sumatra Barat. 

Riau yang berada di tengah pulau sumatra  dengan masyarakat masih berpegang teguh pada nilai-nilai budaya melayu dan agama islam sedang bertransformasi menjadi salah satu tujuan wisata.
Pemerintah terus mendorong pembangunan infrastruktur, sebagai upaya kita untuk menggaet dan mempermudah akses wisatawan yang berkunjung ke Riau ini, - See more at: https://www.potretnews.com/berita/baca/2016/07/18/minyak-segera-habis-riau-beralih-ke-pariwisata/#sthash.OJWyS9jT.dpuf
Pemerintah terus mendorong pembangunan infrastruktur, sebagai upaya kita untuk menggaet dan mempermudah akses wisatawan yang berkunjung ke Riau ini, - See more at: https://www.potretnews.com/berita/baca/2016/07/18/minyak-segera-habis-riau-beralih-ke-pariwisata/#sthash.OJWyS9jT.dpuf




BONO SUNGAI KAMPAR
Bono merupakan fenomena alam unik yang terjadi di Sungai Kampar Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau.  Bono adalah fenomena alam yang datang sebelum pasang. Air laut mengalir masuk dan bertemu dengan air sungai Kampar sehingga terjadi gelombang dengan kecepatan yang cukup tinggi, dan menghasilkan suara seperti suara guntur dan suara angin kencang. Pada musim pasang tinggi, gelombang sungai Kampar bisa mencapai 4-6 meter, membentang dari tepi ke tepi menutupi keseluruhan badan sungai. Peristiwa ini terjadi setiap hari, siang maupun malam hari. 





Melihat orang berselancar di pantai atau laut adalah suatu hal yang sudah biasa. Tetapi melihat orang berselancar di arus sungai adalah suatu hal yang luar biasa. Kegiatan berselancar di sungai hanya ada di beberapa tempat di dunia. Dan salah satu diantaranya terdapat di Muara Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau yang biasa di sebut dengan Ombak Bono Sungai Kampar.



Bagi dunia peselancar (surfer) maupun wisatawan dari luar, Bono Kampar adalah sebuah penemuan yang mengagumkan bahkan para selencar dunia mengungkapkan luar biasa untuk "Bono Kampar", seperti diungkapkan oleh Chris Mauro dalam tulisannya yang  dimuat GrindTV.com :  “A dreamlike wave found in an Indonesian river is stunning surf world (sebuah gelombang impian yang ditemukan di salah satu sungai di Indonesia memukau dunia selancar),” . Tulisan Mauro itu sendiri lantas merujuk pada apa yang ia sebut ‘penemuan luar biasa’ oleh tim (ekspedisi) Rip Curl baru-baru ini, yang menurutnya “mungkin tak tertandingi” (may be unrivaled).
Bono merupakan tempat idaman bagi peselancar manapun, bahkan Rekor Dunia berselancar terlama ada di Bono. Guinness World Records telah mencatat rekor berselancar terlama di ombak sungai (Longest surfing ride on a river bore) yang dilakukan oleh James Cotton secara perorangan sejauh 17.2 km di Ombak Bono Sungai Kampar, Riau - Indonesia pada tanggal 10 Maret 2016, selain itu James Cotton dari Australia juga memecahkan rekor berselancar terlama dan terpanjang secara tim bersama  Roger Gamble dan Zig van Sluys, ketiganya memecahkan rekor dunia dengan total jarak selancar 37,2 kilometer dalam waktu 1 Jam 5menit.
Perlahan tapi pasti nama Bono Sungai Kampar sudah dikenal wisatawan bahkanAnugrah Pesona Indonesia (API) 2016  Gelombang Bono tersebut masuk nominasi  kategori Tempat Berselancar Terpopuler (Most Popular Surfing Spot).


FESTIVAL PACU JALUR
Kabupaten Kuantan Singingi sangat kaya akan keragaman adat dan budaya,salah satu diantaranya adalah Pacu jalur.  Pacu berarti lomba adu cepat, sedangkan jalur berarti perahu besar yang dapat memuat40-50 orang anak pacu. Jalur dibuat dari sebatang pohon Bonio atau kulim kuyian dengan panjang 30 meter atau lebih dengan diameter 2meter.

Untuk membuat Pacu banyak ritual yang mesti dilalui, kayu yang diambil dihutan diawali dengan upacara persembahan dan semah yang dipimpin oleh pawang,kayu tersebut dianggap memiliki penghuni,upacara ini dilakukan agar proses penebangan kayu dapat berjalan lancar. Kemudian pohon ditebang sesuai dengan panjang jalur yang akan dibuat,setelah pohon ditebang lalu diseret bersama-sama ke Desa dengan menggunakan tenaga manusia, nuansa gotong royong dan kebersamaan masih kental dalam proses pembuatan jalur.



Pacu jalur awalnya dilaksanakan untuk memperingati hari besar agama Islam seperti Maulid nabi, Idul Fitri, Tahun Baru Islam 1 Muharam. Tetapi Ketika Penjajah Belanda memasuki daerah Riau diawal tahun 1900 mereka memanfaatkan Pacu jalur sebagai peringatan Ulang Tahun Ratu Wilhelmina  yang jatuh pada setiap tanggal 31 Agustus. Namun sejak Indonesia merdeka Pacu jalur menjadi Agenda untuk memperingat Hari kemerdekaan, kini Pacu jalur diadakan setiap Bulan Agustus atau dipercepat sebelum Agustus jika pada Saat Bulan Agustus bertepatan dengan Bulan Ramadhan.

Kini Pacu jalur menjadi pesta masyarakat Kuantan Singingi dan masyarakat Riau pada umumnya yang telah menjadi kalender  Pariwisata Nasional. Pacu Jalur ini diadakan di Tepian batang Narosa Sungai Kuantan Taluk Kuantan, event Pacu Jalur tidak hanya diikuti oleh Jalur dariKecamatan yang ada di Kabupaten Kunatan Singingi saja tapi juga diikuti oleh Jalur dari Kabupaten lain di Provinsi Riau dan juga diikuti Jalur Provinsi tetangga dan juga negara lain.




MENIKMATI MATAHARI TERBIT DI PULAU RUPAT

Belum lengkap jika tidak menikmati matahari terbit di pulau ini.
Indahnya Pantai Rupat Utara Pasir Putih Sepanjang 17 Kilometer. Siapa bilang Provinsi Riau tak memiliki wisata pantai.
Coba datangi Pulau Rupat di Kabupaten Bengkalis.

Kawasan pulau dengan luas kurang lebih 1.500 Km persegi  tersimpan destinasi wisata bahari yang asri dan menawan.



Beting Aceh di Rupat Utara serta Pasir Putih yang panjang menjadi Destinasi Baru wisata , selain keindahannya tentunya letak geografis yang strategis yang berada di Perairan Selat Melaka menjadu saya tarik sendiri. Matahari terbit berlatar Selat Melaka . Keindahannya membuat perjuangan saya bangun lebih pagi hanya untuk menyaksikan Matahari terbit dan melihat nelayan pulang membawa hasil tangkapan ikan, perlahan semburat jingga semakin terlihat hantaman ombak Selat Melaka semakin syahdu suasana pagi hari dan akhirnya

Matahari kian meninggi. Pagi pun memunculkan imaji luar biasa Rupat Utara Bengkalis pulau eksotisme yang membawa saya ke dimensi baru berwisata di Riau.



FESTIVAL BAKAR TONGKANG SALAH SATU RITUAL BUDAYA TERSUKSES DIN INDNESIA


Copyright @ imamhartoyo @Flickr
Festival Bakar Tongkang merupakan Festival tahunan yang luar biasa, hebat, mampu menarik puluhan ribu wisatawan bahkan kunjungan wisatawan tiap tahunnya selalu meningkat demi menyaksikan sebuah ongkang yang dibakar.Ritual Bakar Tongkang salah satu contoh suksesnya ritual budaya dimiliki Indonesia dan memberikan dampak positif bagi Penyelenggara , nyaris ratusan ribu wisatawan hadir ke Kota Bagansiapiapi
Puncak acara Festival Bakar Tongkang sendiri ketika kapal dibakar, peserta begitu antusias untuk melihat arah tiang tongkang itu jatuh. Menurut kepercayaan warga Tionghoa Bagansiapiapi, arah jatuhnya tiang menunjukkan keselamatan dan peruntungan usaha.  Bakar tongkang menjadi tradisi unik yang melegenda bagi masyarakat Tionghoa di Bagansiapia, Tradisi ini melekat dengan sejarah awalnya masyarakat Tionghoa yang tinggal di Riau bermigrasi dari Kampung Leluhur mereka menggunakan sebuah kapal yang disebut dengan Tongkang. Tahun 2017 silam Festival Bakar Tongkang di ganjar menjadi Atraksi Budaya Terppuler di Indonesia dalam Ajang Anugerah Pesona Indonesia, dan pada saat tahun 2017 silam Riau menjadi Juara Umum dengan memenangkan 7 kategori dari 15 Kategori yang ada.


PASAR BAWAH, OBJEK WISATA BELANJA TERPOPULER DI INDONESIA.


Tak lengkap jika berkunjung ke Pekanbaru jika tidak singgah atau berbelanja di Pasar Bawah Pekanbaru. Orang-orang dari luar Pekanbaru selalu menjadikan pasar bawah sebagai salah satu tempat yang harus dikunjungi jika mampir ke pekanbaru. Pasar Bawah Pekanbaru merupakan pasar yang tertua di kota Pekanbaru yang berada di persis di tepi sungai Siak dan Pelabuhan.


Pasar yang terletak di sebelah utara Pekanbaru ini merupakan pusat perbelanjaan yang banyak menyediakan barang-barang antik, pernak-pernik aksesori rumah tangga, baik dari dalam maupun luar negeri. Selain itu, pasar ini juga terkenal sebagai salah satu pusat perbelanjaan barang elektronik bekas (second hand) yang berasal dari luar negeri. Dahulu, barang-barang bekas atau selundupan dari luar negeri belum diawasi ketat oleh pemerintah. Namun, seiring berjalannya waktu, berangsur-angsur pemerintah mulai memperketat peraturan. Barang-barang yang dulunya bisa masuk, sekarang tidak bisa bebas masuk lagi.  

Berbagai  barang eks luar negeri dengan kualitas impor yang dijual dengan harga "miring", seperti keramik dari Cina, karpet dari Timur Tengah, tas wanita dari Italia, dan aneka guci dan patung. Selain itu, di pasar ini terdapat beragam barang-barang elektronik dan berbagai jenis makanan kecil yang hampir semuanya merupakan produk luar negeri. Di pasar ini juga tersedia jenis makanan khas Riau seperti lempuk Durian, Dodol kedondong, ikan salai, Ikan Asin, selain itu juga tersedia kerajinan khas Riau seperti batik Riau , Kain Songket Riau, Baju Melayu Khas Riau dll.

Tahun 2017 dalam sebuah Ajang Anugerah Pesona Indonesia  Pasar Bawah mampu mengalahkan Pasar Beringharjo (Yogyakarta) dan Sentra kerajinan kulit tanggulangin Sidoarjo sebagai Objek Wisata Belanja Terpopuler di Indonesia.


KEMILAU ISTANA SIAK MENJADIKANNYA SITUS SEJARAH TERPOPULER
Bila anda ke Kabupaten Siak, anda akan terpesona melihat keindahan Istana Siak, Istana ini dibangun oleh Sultan Siak ke-11 yakni Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin. Istana ini dibangun saat Sultan Syarief Hasyim begitu sebutan singkatnya, baru mulai memimpin Kerajaan Siak pada 1889.

Menurut riwayatnya, Istana ini dirancang oleh arsitek asal Jerman. Kebetulan dulu sang Sultan memang kerap melawat ke Belanda dan Jerman. Sekarang pun, salah satu koleksi antik yang ada di istana ini adalah alat musik Komet buatan Jerman, yang memiliki piringan pemutar berdiameter 90 cm. Konon, di dunia ini Komet hanya diproduksi dua buah: yang satu masih di negara asal, yang satu lagi yang berada di Istana Siak.


Istana Siak berada Jalan Sultan Syarif Kasim, di tepian Sungai Siak, tak jauh dari Jembatan Siak, jembatan gantung sepanjang 1.203 meter, yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2007. Nama resmi jembatan ini adalah jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah.  Tahun 2017 lalu Istana Siak menjadi Pemenang Ke - 2 sebagai Objek Wisata Sejarah Terpopuler dalam Ajang Anugerah Pesona Indonesia.


Hal tersebut diatas merupakan sebagian dari Objek Wisata Andalan Riau, kini berbagai Infrastruktur di gesa untuk menunjang Sektor Wisata, Pengembangan pariwisata daerah sangat  membutuhkan 3A (atraksi, amenitas, akses) seperti digembor-gemborkan Kementrian Pariwisata selama ini agar kegiatan pariwisata itu dapat berjalan optimal.


Akses jalan di sebagian besar wilayah Riau masih belum baik ,masih banyak jalan yang mengalami rusak parah, bergelombang, berdebu, berlubang lubang besar sehingga laju kendaraan tidak optimal untuk dapat menuju Objek Wisata. Terlebih jika Objek Wisata tersebut membutuhkan perjalanan yang lama, tentunya ini sangat tidak efesin dan efektif , penumpan sudah merasakan  capek di perjalanan.

Amenitas di Pekanbaru sudah sangat baik, namun hal ini tidak diimbangi oleh Kabupaten dan Kota di Riau, terutama di daerah Pesisir yang memilki sumber air tidak bagus, dan bukan hal yang aneh jika kita ke Pesisir menyaksikan air di Hotel yang sangat tidak bersahabat dengan kondisi air yang bau, air yang berminyak. Hotel dan Wisma yang ada di kabupaten dan Kota di Luar Pekanbaru jumlahnya belum banyak, dan belum mampu menampung Wisatawan jika diadakan sebuah Event nasional atau event besar.

Atraksi. Atraksi hal penting untuk kemajuan wisata, Atraksi yang ada perlu dikembangkan, mungkin hal yang sepele dalam sebuah event , masih banyak kita menyaksikan tidak adanya keseragaman Kostum,dan Atraksi yang ditampil hanya melulu itu saja sehingga Wisatawan enggan untuk berkunjung dan akan berkata Dari Dulu Objek Wisatanya begitu saja tanpa ada perubahan.



(OPINI : HASRINALDI : Riau Travel Blogger Founder www.riaudailyphoto.com)

Sedotan Batang Resam Ramah Lingkungan dari Talang Mamak

$
0
0
Kini gerakan anti  sedotan plastik cukup marak dilakukan oleh penggiat dan pecinta lingkungan, masalah sampah plastik yang semakin membahayakan lautan sudah cukup kronis, sampah sedotan plastik di laut mengancam kelestarian satwa.

Kini beberapa makann cepat saji sudah tidak menyediakan sedotan plastik, dan Suku Talang Mamak dari Indragiri Hulu memberikan solusi pengganti sedotan plastik, yaitu Sedotan dari Kerajinan Batang Resam.

Resam adalah sejenis akar yang tumbuh liar di hutan dan bentuknya lurus tidak ada ruas dan panjangnya mencapai dua meter.
 
Sedotan ini terbuat dari bahan Alami, selainmaterial yang alami dan proses pembuatannya juga alami tanpa bahan kimia, Resam yang didapat dari hutan dipotong kemudian isinya dikeluarkan dan dikeringkan  dua minggu. Sedotan dari Resam ini mampu bertahan hingga 3tahun ,setelah digunakan sedotan resam ini dicuci kemudian dikeringkan

 












 Photo : TIKA (AMAN INHU)


Tertarik Untuk Membeli Resam serta Kerajinan Lainnya dari Suku Talang mamak bisa menghubungi TIKA : 081270260953

Genggong Talang Mamak

$
0
0
Genggong merupakan alat musik jenis harpa mulut yang banyak tersebar di Indonesia dan Alat musik ini dimainkan sebagai hiburan pada waktu senggang.
Genggong adalah alat musik yang terbuat dari bambu, pelepahenau, kayu, atau logam, yang dimainkan dengan mendekatkannya ke rongga mulut, kemudian menarik-narik utas (tali) yang dihubungkan dengan lidah getar pada alat musik tersebut, atau memetik lidah getar berupa lamelalogam, sedangkan mulut si pemakai berfungsi sebagai resonator.




Genggong merupakan alat musik khas tradisional Suku Talang Mamak yang terbuat dari pelepah enau. Umumnya Begenggong (memainkan Genggong) dilakukan pada saat- saat istirahat menghibur diri sendiri. Dapat juga dimainkan pada saat menunggu padi masak, acara-acara begawai atau upacara-upacara tradisional lainnya pada Suku Talang Mamak. 

Bagi jejaka, begenggong dilakukan pada saat malam hari untuk memanggil gadis agar turun ke tanah. Begenggong bagi jejaka adalah untuk memikat anak gadis.


Bagaimana dengan Alunan Suara Genggong, saksikan video berikut : 

Silek Tigo Bulan

$
0
0
Bila mendengar kata Silat yang terpintas bagi kita di Riau adalah Silat Pangean, dternyata di Riau tidak hanya ada Silat Pangean tetapi juga terdapat jenis Silat lainnya. Salah satu jenis Silat tersebut adalah Silat Tiga Bulan yang berasal dari Rokan Hulu atau dengan bahasa Lokal Rokan biasa disebut Silek Tigo Bulan.


Pada Tahun 2018 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 225 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Belian menjadi salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda dengan Nomor Registrasi 201800633.

Salah satu jenis Silat Melayu Sungai Rokan yang paling terkenal adalah silat tiga bulan. Jenis silat ini kemudian hari dibagi menjadi dua yaitu sendeng dan tondan. 

Gelanggang yang mengutamakan pelajaran dan latihan gerak ketangkasan disebut tondan. Sedangkan gelanggang yang lebih mengutamakan ketahanan fisik disebut sendeng. Kebanyakan orang lebih suka belajar tondan terlebih dahulu baru kemudian belajar sendeng.

Selain silat yang tersebut di atas masih ada istilah silek rimau (silat harimau), silek boruk (silat beruk), silek ula (silat ular), yang muncul karena perilaku pendekar itu seperti harimau, beruk atau ular. Inti pelajaran silat adalah memahirkan penggunaan nur (cahaya). Cahaya itu terbagi tiga, dua di antaranya mempunyai warna khas, dan satu lagi tidak dapat diwujudkan. Ketiga jenis cahaya itu berubah-ubah warnanya.

Selama tiga bulan itulah murid mompolasinkan (memahirkan) penggunaan cahaya tersebut dalam gerak silat. Untuk menamatkan pelajaran silat ini diperlukan waktu selama tiga bulan belajar silat gerak di tanah, ditambah 10 hari untuk menamatkan (kaji batin). hitungan 10 hari adalah kaji di rumah berupa; tujuh hari belajar kaji batin, sehari kaji duduk (silat dalam posisi duduk), sehari kaji togak (silat dalam posisi berdiri), dan sehari hari kaji guliang (silat dalam posisi guling). Kaji guling ini dilakukan dengan mandi berlimau terlebih dulu, kemudian guru menggulingkan muridnya. Dalam keadaan guling tersebut murid diserang dengan tikaman pisau belati. Murid yang guling tadi pasti dapat menghindar karena telah josom. Ujian silat yang terakhir adalah dua orang yang berada dalam satu kain sarung dibekali pisau belati sebilah seorang kemudian mereka saling tikam-menikam.

Jumlah bilangan hari yang dilalui hingga tamat belajar silat tiga bulan ini adalah 100 hari. Silat tondan biasanya lebih dahulu mempelajari silat batin barulah kemudian belajar silat gerak. Kaji di rumah dilalui selama 21 hari. Dalam rentang 21 hari tersebut sebenarnya hanya perlu 7 hari saja. Bilangan 7 hari itu untuk memberi tenggang waktu sebab di antara murid-murid tidak akan sama daya tangkap dan kemampuannya. Kaji di tanah dilakukan selama 21 hari, jumlah masa belajar silat tondan ini 70 hari.

Tondan mengutamakan keahlian, kecepatan dan ketepatan gerak silat, sehingga perlu kecerdasan memahami gerak. Keputusan tondan dan sendeng adalah moilak (mengelak) dan lak, disamakan dengan la (tidak, Arab), apabila ?lah dapek lak mako non tido kan konai kecuali datang molaikat maut? (kalau sudah mendapat keputusan lak maka tidak akan kena kecuali maut). Pendekar bertarung dengan memperhatikan tanda-tanda atau kotipanan yaitu ?apobilo lai nampak non kan di colo, mako indo kan mati indo kan luko? (apabila masih tampak tanda-tanda, maka tidak akan mati dan tidak akan luka) Sementara itu belajar silat sendeng biasa memakan waktu berbulan-bulan, berupa latihan tenaga dan kekuatan fisik. Pendekar sendeng berciri-ciri kuat dan tahan terhadap serangan.

Sumber 
Rudianto (Pegawai Bank Riau Kepri Capem Dalu-Dalu)
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=1790


Berikut Video Singkat Gerakan dari Silek Tigo Bulan

Baghandu Senandung Ala Kampar

$
0
0
Baghandu berasal dari bahasa daerah ( Ocu ), dan jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia bisa diartikan dengan “Bersenandung” atau makna-makna lain semisalnya bernyanyi, melantunkan, ayunan, buaian.

Sudah menjadi pemandangan umum bagi masyarakat Kampar pada masa dulu, bertani secara berpindah-pindah, hal ini didukung oleh alam nan hijau luas terbentang dan ketika penat saat bertani mereka  melepas kelelahan dengan Baghandu dan  melantunkan nyanyian dan nada-nada kehidupan. 

Salah satu baghandu yang melegenda adalah senandungan ibu-ibu meninabobokan buah hatinya. Hal ini diambil dari potongan Hadist Rasulullah Saw”tuntutlah ilmu itu dari ayunan hingga ke liang lahat”. Dengan dasar ini orang tua-tua Kampar mengenalkan dasar Islam kepada anak-anak balitanya dengan dua kalimat syahadat melalui ayunan atau Baghandu, bait berikut merupakan penggalan dari kalimat baghandu :

”Laa ilaa ha illallaah,
Muhammaa dur-Rasulullaah,
Tiado tuhan salain Allah
Muhammad du rasul Allah
Kok ai ba bilang ai,
Suda komi la jumat pulo,
Kok nak tontu nak agamo kami,
         Namonyo Islam, Muhammad nabi nyo...”

Tiga Naga dari Akademi Menjadi Klub Profesional

$
0
0
Sumber FacebookTiga Naga Fotball Academy & Soccer School


Klub Sepakbola Tiga Naga (disingkat KS Tiga Naga) asal Pekanbaru menjadi Tim Fenomenal karena  berhasil promosi pada tahun 2019 dan akan berlaga di Liga 2 2020. 

Tiga Naga merupakan Akademi Sepakbola Profesional asal Pekanbaru yang memiliki Fasilitas cukup lengkap, Beberapa waktu lalu kami sempat berkunjung ke Stadion Tumpal Sinaga yang merupakan Training Ground Akademi Sepakbla Tiga Naga  dan Juga Home Base Tim Tiga Naga, Stadion Tumpal Sinaga dengan luas 2hektare, Kualitas rumput bisa kami pastikan inilah Rumput yang terbaik di Sumatera, rumput hijau yang selalu dirawat serasa melihat Rumput Stadion di Eropa, rumput berwarna hijau dibuat bergaris selang seling.

Drainase Stadion cukup baik, drainase ada di lapangan aupun pinggir lapangan, kita tidak perlu khawatir jika hujan terjadi , air akan cepat merembes ke Tanah
Disekitar Stadion terdapat Kolom renang mini untuk underwater treatment, untuk Kualitas penerangan cukup baik, dimana saat Liga Tiga Musim 2019 lalu Tiga Naga mampu menjadi Tuan Rumah yang baik dengan menggelar pertandingan di malam Hari .
 


Berawal dari Akademi Sepak Bola

Tiga Naga melakukan pembinaan pemain Usia Muda dengan melakukan seleksi di berbagai Kota, tujuan mulia dari Sang Pemilik yaitu untuk mencetak pemain berbakat dan tentunya dapat berprestasi di kemudian hari. " Kami Ingin Memberikan Kontribusi Buat Bangsa & Negara Indonesia Melalui Sepak Bola Pembinaan Usia Dini " demikian sebuah Postingan Facebook Akun Tiga Naga Football Academy & Soccer School.

Berawal dari Pembinaan Usia Muda apa yang diimpikan bapak Rudy Sinaga sang Pemilik sudah menjadi kenyataan, Tiga Naga sudah mampu memberikan kontribusi untuk Indonesia, Di Timnas U19 ada Aji Kesuma dan di Timnas U16 ada debutan Wahyu Pratama yang mencetak 2gol saat Indonesia membantai Mariana Utara 15 - 1 dan spesialnya mereka adalah Putra Riau. Saat ini ada 2 orang pemain didikan Tiga Naga yang menjalani Latihan di Klub Liga 2 Spanyol Numancia yaitu Alowisius Sandi Ardiles dan Ignasius Abelard Tegar Pambudi dan beberapa pemain lain yang permah mengikuti Seleksi Tim Nasional Indonesia


Liga 3 2019

Mengawali Musim Liga 3 2019 , KS Tiga Naga Memulai dari Liga 3 Pra Nasional 2019. KS Tiga Naga termasuk dalam grup A yang di huni oleh, KS Tiga Naga, SEL 50 Kota FC,  Persika Karawang dan Persiba Bantul. KS Tiga Naga keluar menjadi juara Grup ditemani Persiba Bantul di posisi Runner-Up dan  berhak lolos ke Liga 3 Nasional 2019.
 
Di Liga 3 Nasional 2019 Babak 32 Besar KS Tiga Naga kembali berada di Grup A bersama Karo United FC,  Persikota Tangerang dan Tim satu Kota Pekanbaru yaitu Tornado FC dan di 32 Besar Liga 3 Nasional 2019 ini KS Tiga Naga kembali keluar sebagai juara grup A serta berhak LOLOS ke babak 16 Besar di temani oleh Karo United FC.
Di 16 Besar Liga 3 Nasional 2019 KS Tiga Naga menghadapi tim asal Kepulauan Riau yaitu 757 Kepri Jaya FC, babak 16 Besar Liga 3 Nasional berlangsung di Stadion Tumpal Sinaga dan laga ini dimenangkan oleh KS Tiga Naga dengan skor tipis 1-0 dan KS Tiga Naga lolos ke 8 Besar Liga 3 Nasional 2019.

Babak 8 Besar Liga 3 Nasional 2019 KS Tiga Naga menempati grup barat bersama PSKC Kota Cimahi, Persidi Idi Rayeuk dan Persekat Kab. Tegal. Pertandingan pertama yang bermain di Stadion Siliwangi melawan Persekat Kab. Tegal., KS Tiga Naga menang dengan skor 2-1, namun sayang dipertandingan kedua KS Tiga Naga harus menelan kekalahan 1-5 dari tuan rumah PSKC Kota Cimahi, Kekalahan ini memaksa KS Tiga Naga harus melakukan pertandingan Hidup Mati melawan Persidi Idi Rayeuk dan Tiga Naga berhasil  memenangkan pertandingan terakhir dengan skor 2-1, dan menempatkan KS Tiga Naga sebagai Runner Up Grup Barat dan berhak mendapatkan tiket promosi ke Liga 2 2020

Tiga Naga tidak berjuang sendirian, Suporter Setia Ultras Draco selalu mendukung. Nama Ultras Draco sediri merupakan nama naga asli andemik sumatera yeng bernama Draco Lizard.

Gambaran singkat tentang perjalanan Tiga Naga yang berawal dari sebuah Akademi Sepak bola menjadi suatu Klub Sepak bola Professional di Liga 2 Indonesia 2020 dapat disaksikan di Video Berikut yang kami kutip dari Akun Resmi Youtuber Tiga Naga : TigaNaga TV







Tari Burung Kwayang Pengobatan Tradisional Suku Bonai

$
0
0

Dahulunya di Ulak Patian Rokan Hulu  Infrastruktur Kesehatan jauh dari kata layak,mereka tidak mengenal Medis, tidak mengenal Dokter, Puskesmas, mantri, bidan ataupun yang lainnya.

Jika ada yang sakit maka diobati dengan ritual Tarian yang diiringi dengan musik dan pembacaan mantra, Tarian tersebut adalah Tari Burung Kwayang. Berbagai penyakit disembuhkan dengan pengobatan tradisional dengan mengundang jin-jin, ritual pengobatan ini  dipimpin oleh Bomo yang dalam tarian itu disebut Dondayang. Dalam istilah keseharian yang sakit selalu disebut dengan anak cucu Datuk Said Panjang jangguik dan Uak paneh Sopotang. Begitulah mereka mengakui bahwa mereka adalah keturunan datuk tersebut, dan masih berharap dengan perlindungan dari makhluk halus ini.


salah seorang penari burung kwayang dari Bonai, Rokan Hulu mengatakan, tari burung kwayang adalah sebuah ritual pengobatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat adat bonai. Tari burung kwayang dibawakan oleh seorang bomo atau dukun yang bertindak sebagai dondayang atau perantara dengan makhluk halus, yang disebut dengan deo. Di samping itu, penari penari yang disebut sebagai pomantan, yang dirasuki oleh para deo, dipanggil oleh sang dukun.

"Sebelum pengobatan ini dimulai, disiapkan sejumlah makanan tradisional, berbagai ramuan obat, air bunga, kemeyan, jeruk purut, dan lainnya. Ritual dimulai dengan pembacaan mantera oleh bomo untuk memanggil makhluk halus atau deo, yang dimasukkan ke tubuh pomanten



Setelah deo masuk ke tubuh pomaten, terjadi dialog yang membicarakan maksud penggilan deo tersebut. Pasien yang diletakkan di tengah-tengah dubalangpun mulai diobati oleh makhluk halus. Sedangkan bomo kembali membaca mantera untuk memanggil delapan deo lagi yang dimasukkan ke tubuh pomanen dengan menyebutkan namanya, yaitu Rajo Anak Tangah Koto, Anak Rajo Pulau Pinang, Dayang Limun, Dayang Mak Inai, Olah Kisumbo, Buaya Gilo, Burung Kwuayan, dan Kudo Lambung.

Para pomaten yang sudah dirasuki oleh roh para deo tersebut menari berputar-putardiiringi oleh music tradisionalyang terdengar magis. Pengobatan sesi pertama selesai, dan bomo membaca mantera untuk mengeluarkan para deo dari tubuh pomanten. Tapi pada sesi berikutnya, bomo kembali memanggil deo-deo yang lain, yakni, deo Uda Balai, Mak Ino Kuning Tanah Dareh, Anak Rajo Jopun, Anak Rajo Lelo Mongok, dan Kumbang Sulendang.

Pasien  kembali diobati oleh para deo tersebut dengan iringan musik tradisional hingga pengobatan selesai, dan bomo membaca mantera untuk mengusir para makhluk halus.

Pada Tahun 2019 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 267 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Tari Burung Kwayang menjadi salah satu dari Warisan BudayaTak Benda dengan Nomor Registrasi 201900838.






T Darmizal Gelar Sultan Ahmad Ditabalkan Menjadi Raja Luhak Tambusai

$
0
0
Photo : Tanty Ekasari
Penabalan Raja Luhak dan Penobatan Uyang Ompek di Balai Beserta Gading dan Belalainya, Lembaga Kerapatan Adat Melayu  Luhak Tambusai Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau di Balai Adat Payung Sulimang Karang Dalu-Dalu. Proses Penabalan ini dihadiri Oleh Undangan Bangsawan dan Juga keluarga Kerajaan Tambusai 
yang hadir dari Beberapa Kota di Riau , Jakarta dan juga dari Malaysia. Teriknya panas matahari tidak menyurutkan Ratusan orang yang hadir menyaksikan prosesi penabalan tersebut , salah satu Kerabat Kerajaan Tambusai Ghazali menyatakan bahwa ia hadir bersama keluarga dari Pekanbaru  menurutnya ini adalah momen penting yang sayang untuk dilewatkan, minimal kita dapat bersilaturahmi bersama sanak keluarga.

Selain di hadiri oleh Sanak Keluarga, Kerabat dan Bangsawan Kerajaan, acara ini juga dihadiri oleh Tamu Undangan, hadir dalam Penabalan ini Bupati Rohul     H Sukiman Gelar Datuk Setia Amanah Panglimo Pukaso, Ketua LAM Riau Datuk Seri Dr H Alazhar, MA, Gelar Datuk Rajo Tuo, Ketua DPH LAM Rohul H Zulyadaini Gelar Datuk Saudagar Rajo dan juga dihadiri oleh Anggota DPRD Riau dan juga Rokan Hulu yang berasal dari Tambusai, dan juga dihadiri oleh Datuk Adat dari Luhak Kepenuhan, Luhak Rambah dan juga warga sekitar yang berasal dari Desa dan Kelurahan yang ada di Kecamatan Tambusai.



Raja Luhak Tambusai, T Darmizal Gelar Sultan Ahmad, ditabalkan Datuk T Mansyur Gelar yang di Pertuan Jumadil Alam, sekaligus penyerahan Tongkat Tahta Kerajaan dan Terombo Siri Kebesaran Kerajaan Tambusai oleh Datuk T Farizal, Cucu Raja ke XX, Kerajaan Tambusai, H T Ilyas Gelar Tengku Sulung.
Sementara penobatan Uyang Ompek Dibalai serta Gading Belalainya, di awali dengan pembacaan Ranji Adat oleh Datuk Pucuk Suku Malelo Gelar Datuk Rangkayo Naro. Uyang ompek di balai, terdiri dari Kepala Kerapatan Adat Luhak Tambusai, adalah T Abdurahim, S Pd Gelar T Saidina Muktamil, dinobatkan oleh Datuk Setia Amanah Panglimo Pukaso (Bupati Rohul H Sukiman).

Kemudian, Datuk Bandaharo adalah Zulman, S Sos, Gelar Datuk Panduko Senaro, dinobatkan oleh Datuk Seri Dr H Al Azhar, MA Gelar Datuk Rajo Tuo.Selanjutnya Salman Alfarizi, S Ag, Gelar Sutan Mahmud Luhak Tambusai, dikukuhkan oleh Datuk Saudagar Rajo, berikutnya Herman Gelar Rajo Bebeh selaku Uyang Bosar Nogori Luhak Tambusai dikukuhkan oleh Datuk Bendaharo Kepenuhan, kemudian Lukman Nur Hakim, Gelar Muntaro Lukman Nur Hakim Selaku Muntaro Luhak Tambusai di kukuhkan oleh Datuk H Sofyan dari Luhak Rambah.

Selain acara penabalan dan pengukuhan, dilaksanakan pula pelantikan Pengurus Dewan Pimpinan Harian (DPH) Luhak Tambusai oleh Ketua DPH Rohul H Zulyadaini sekaligus dengan pemasangan Tanjak kepada Delapan Orang pengurus, terdiri dari M Taufik Tambusai, SE, Gelar Panglimo Pukaso, Mufti Ali Gelar Rajo Kumalo Rokan, Saukoni Adari, S Kom, Zulfiandi, SE, Riyomi Irsan, SE, Rafi Naldi, S Sos, M. Saukoni dan Safril.

Pada saat penabalan diawali dengan pembacaan Terombo Siri mengenai asal muasal Kerajaan Tambusai beserta pembacaan Silsilah serta Nama Raja yang pernah memimpin di Luhak Tambusai, selain itu dalam acara Penabalan ini turut dihadiri oleh Turunan ke Tujuh Tuanku Tambusai dari Malaysia, beliau hadir dalam rangka penyelesaian administrasi Pemberian Nama Lapangan Udara yang ada di Pasir Pengaraian, selama ini Lapangan Udara di Pasir Pengaraian bernama Lapangan Udara Pasir Pengaraian dan Pihak Keluarga Tuanku Tambusai menyetujui Nama Tuanku Tambusai untuk diabadikan menjadi Nama Bandara.
Proses Penabalan tersebut dapat disaksikan pada video Berikut :

Segarnya Es Cendol Pak Jenggot Menjadi Penawar Dahaga Warga Pekanbaru.

$
0
0
Siang itu Udara di Stadion Kaharuddin Nasution Rumbai cukup terik, pakaian yang kami gunakan basah seolah kami bermandi keringat. Latihan Tim PSPS Riau di Stadion pun telah usai, teriknya udara membuat kami kehausan dan Es Cendol Pak Jenggot yang berada di Pertigaan Jalan Jendral Sudirman dan  Jl. Prof. M. Yamin (Belakang Bank Permata) menjadi Tujuan kami sebagai pelepas dahaga.

Akhirnya kami tiba di Es Cendol Pak Jenggot, tempatnya cukup sederhana dengan jualan Ala Kaki Lima dengan gerobak di pinggir jalan serta dengan kursi dan meja kayu panjang yang berada di Lorong Bank Permata.

Es Cendol Pak Jenggot bisa dikatakan kuliner legendaris di Kota Pekanbaru, Pak Ramli dengan Janggutnya yang khas  bercerita kepada kami, bahwa ia telah berjualan sejak tahun 1984 dengan cara berkeliling. Di Tahun 1993 pak Ramli sudah tidak berjualan dengan keliling, ia berjualan dengan menempati lokasi saat ini yaitu di Pertigaan Jl. Jenderal Sudirman dan Jl Prof. M.Yamin.

Es Cendol Pak Jenggot demikian nama yang diberikan oleh pelanggannya karena Pak Ramli memiliki Jenggot dan akhirnya hingga kini nama Cendol Pak Jenggot melekat.

Es Cendol Pak Jenggot cukup spesial, Es ini dijual dengan harga Per Porsi Rp.14.000,- , Cendol yang disajikan dalam sebuah mangkuk cukup banyak dan mampu menjadi pelepas dahaga, cendol ini cukup segara dengan kombinasi buah durian, ketan, tape,  sagu dan lumeran gula enau sehingga rasa manisnya cukup berbeda dengan cendol lainnya.
Video Cendol Pak Jenggot. 


Dikei Pengobatan Tradisional dari Suku Sakai

$
0
0
Suku Sakai merupakan  salah satu komunitas adat atau orang asli (indigeneous people) yang ada di Riau yang mendiami kawasan hutan belantara. Mereka hidup dengan memegang tradisi yang disarikan dari adaptasi mereka dengan lingkungan alam sekitar. Kini keberadaan Sakai cukup terancam dengan adanya Pengembangan dan alih fungsi hutan. Hutan  tempat mereka berdiam telah berubah menjadi daerah industri perminyakan, usaha kehutanan, perkebunan karet dan kelapa sawit dan sentra ekonomi lainnya.

Sebelum mengenal medis Suku  Sakai mempercayai Dikei sebagai sebuah pengobatan yang ampuh, Dikei merupakan pengobatan dengan bantuan Roh Halus. Roh-roh halus diundang untuk menyembuhkan penyakit dan Ritual Dikei  dipimpin oleh seorang dukun yang disebut dengan istilah kumantan. Peralatan Utama dalam Pengobatan Dikei Ini adalah Mahligai Sembilan Telingkat atau Mahligai Sembilan Tingkat. 


Dikei Sakai berangkat dari konsep semangat dalam fungsinya sebagai daya hidup yang menggerakkan kesadaran untuk melakukan berbagai hal. Tanpa semangat, manusia seperti mati, kesadarannya tidak berada di tempat semestinya. Keberadaan semangat dapat dirasakan pada denyutan nadi, misalnya di pergelangan tangan, dada, dan kening. Titik-titik ini adalah tempatnya dan menjadi fokus dalam ritual pengobatan Dikei (Porath, 2012).

Orang Melayu pada umumnya, dan orang asli khususnya, mempercayai bahwa semangat dapat menjadi lemah, yang disebut sebagai “lemah semangat”. Semangat manusia digambarkan sebagai esensi yang rapuh, setiap saat dapat terbang karena kejutan-kejutan, mudah terpikat dan tergoda alam lain—bagai kanak-kanak yang mudah terbujuk oleh mainan baru, bahkan dapat dipanggil tanpa bisa menolak dan tunduk pada perintah. Apabila semangat di dalam tubuh hilang, kesadaran pun hilang, tubuhnya akan mengikutinya kehendak yang memanggilnya.  Karena sifatnya yang rapuh, maka dalam dikei bagian yang tak kalah penting selain pengobatan—mengembalikan semangat yang hilang atau terbang karena suatu hal, adalah “memagari”, membuat pagar agar semangat tidak hilang atau terbang lagi, “terbujuk” pengaruh dari luar, khususnya dari alam lain. Sebagaimana di alam manusia, ada orang baik dan jahat, begitu pula di alam lain. Roh baik tidak mengganggu, bahkan dapat membantu manusia bila diimbo (dihimbau, diminta). Roh-roh baik diimbo dalam ritual pengobatan dikei. Secara umum, roh-roh tersebut diyakini memiliki potensi kekuatan tertentu, yang membangkitkan sebentuk rasa hormat, segan, dan kadang menimbulkan takut,  karena tidak dapat diperkirakan dan dibayangkan. Keadaan “sakit” dipercaya sebagai akibat terganggunya semangat karena adanya konflik dalam hubungan antara pasien dengan “alam lain” (baik dengan alam roh maupun dengan semangat lain), oleh karena itu tujuan ritual pengobatan dikei adalah memulihkan hubungan-hubungan agar penyakit yang diderita pasien dapat disembuhkan.


Peralatan Utama dalam Pengobatan Dikei Ini adalah Mahligai Sembilan Telingkat atau Mahligai Sembilan Tingkat.  Mahligai merupakan ini merupakan jalinan daun-daun khusus bernama daun angin-angin yang ada di hutan dan dibuat sebanyak tujuh tingkat ke atas. Puncak paling atas dipercayai merupakan singgasana Peri atau Tuan Putri dan Peri ini yang membantu proses penyembuhan dan Kumantan membaca mantra dengan mengelilingi Mahligai Sembilan Tingkat dan bermohon bantuan kepada Peri atau Tuan Putri. Ritual diawali dengan memberikan hormat dan juga persembahan kepada Sang Putri, kemudian Sang Kumantan membaca Mantra dengan iringan tabuhan gendang dan dibantu oleh seorang yang terlibat dalam proses pengobatan yang mengelilingi mahligai sambil membawa obor dan juga lonceng dan sekali kali ia menaburi sesuatu dimahligai tersebut dan menari berputar mengelilingi Mahligai dengan gerakan menyerupai burung (Tari olang Olang). 

Pada Tahun 2019 Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah  menetapkan 267 karya budaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dan Dikei Sakai menjadi salah satu dari Warisan BudayaTak Benda dengan Nomor Registrasi 201900843.



Dikei Sakai dapat dilihat pada video berikut :





Sumber :
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/ritual-pengobatan-masyarakat-riau-dikei-sakai/







.

SDN 001 Rambah Sekolah Tertua di Rkan Hulu

$
0
0
SDN 001 Rambah merupakan Sekolah Tertua di Rokan Hulu atau mungkin bisa saja menjadi Sekolah Tertua di Riau, Bangunan SDN 001 Rambah ini pada awalnya merupakan sekolah pada zaman Kolonial Belanda yaitu HIS (Hollands Inlandse School) yang dibangun pada tahun1916.

Secara umum HIS merupakan sekolah yang diperuntukan untuk pribumi. Kurikulum yang dipakai HIS adalah sesuai yang tercantum dalam Statuta 1914 No.764, yaitu meliputi semua pelajaran ELS (EuropeseLagere School).

Di HIS diajarkan membaca dan menulis bahasa daerah dalam aksara Latin dan Melayu dalam tulisan Arab dan Latin dan bahasa Belanda. Latar belakang berdirinya HIS ini, tidak terlepas dari perkembangan pendidikan di zaman kolonial Belanda dan diberlakukannya “Politik Etis” di Indonesia. Secara umum politik etis ini juga disebutkan sebagai “balas budi” dari kolonial Belanda kepada daerah jajahan terkait berbagai perlakukan terhadap daerah jajahannya.


Pengaruh “politik etis” dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat berperan sekali dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda (Indonesia). Secara umum dasar didirikannya HIS adalah keinginan yang kuat dari rakyat Indonesia sendiri untuk mendapatkan pendidikan ala Barat. Dikemudian hari, hal tersebut akan meningkatkan taraf pemikiran pemuda-pemudi Indonesia untuk bergerak menyongsong kemerdekaan dikemudian hari.
 

Bangunan ini dari dahulu sampai sekarang masih tetapdifungsikan sebagai pusat pendidikan. Sekarang bangunan ini berada dibawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan Hulu yang difungsikan sebagai sekolah SDN 001 Rambah. 


Secara umum bangunan ini masih asli (tanpa perubahan). Sedangkan bangunan sekolah lainnya pada sisi kiri-kanan bangunan merupakan bangunan baru. Bangunan ini persis berada di Jalan Diponegoro atau persisnya berada di Depan Taman Kta Pasir Pengaraian. Bangunan sekolah ini memiliki arsitektur Melayu berbentuk rumah panggung dengan jarak dari tanah sekitar 1 meter.
 

Bangunan berdenah empat persegi panjang yang dibagi atas ruang-ruang dengan jumlah sebanyak 5 ruang. Bangunan ini memiliki pintu sebanyak 10 buah pintu dengan tiap ruang memiliki pintu sebanyak 2 buah yaitu pada bagian depan dan belakang yang posisinya bersamaan, sedangkan jendela sebanyak 20 buah jendela. Tinggi bangunan 6 meter dengan panjang 33 m, lebar 6 meter dengan luas 198 m2. Bangunan ini berada dalam lingkungan sekolah yang mana di samping kiri dan kanan belakang bangunan ini telah berdiri bangunan baru.


Bangunan Sekolah SDN 001 Rambah telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Tidak Bergerak di Kabupaten Rokan Hulu oleh Badan Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya : 08/BCB-TB/B/05/2007

SDN 001 Rambah secara singkat dapat dilihat pada video berikut :
 

Viewing all 270 articles
Browse latest View live